Sahabat muda, Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penduduk yang besar. Saya dan seluruh sahabat muda yang lain masuk di dalamnya.
Negara kita terus berkembang dan berusaha meningkatkan kualitas berbagai aspek yang ada di dalamnya. Pertanian,
perdagangan, perindustrian dan mutu pendidikan terus ditingkatkan. Dewasa ini,
aspek yang tidak kalah penting untuk kita perhatikan adalah kependudukan.
Pertanyaannya adalah masalah apa yang telah timbul dari kependudukan di Indonesia?
Sebelum kita menjawab pertanyaan ini, terlebih dahulu kita mengetahui berbagai
fakta nyata dari kependudukan di Indonesia selama ini.
Indonesia
memiliki jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahun. Sensus penduduk
yang diadakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan rata – rata pertambahan
jumlah penduduk 4,3 juta per tahun (2008 – 2011). Sebuah angka yang sangat
besar ketika kita membandingkan dengan Mexico (luas wilayah hampir sama dengan
Indonesia) dengan pertambahan penduduk 1,4 juta setiap tahunnya (2008 – 2011).
Perhatikan Tabel. 1! Apakah pertambahan jumlah penduduk tersebut bermanfaat
baik untuk negara kita?
Pada
tahun 2011, negara kita memiliki 23687 (ribu) penduduk dengan usia 0 – 4 tahun.
Angka ini meningkat sekitar 4,45% dari
22678 (ribu) pada tahun 2010. Usia 60 tahun ke atas berada pada angka 18801
(ribu) pada tahun 2011 dan 18043 (ribu) pada tahun 2010 atau meningkat sekitar
4,2% (Data lengkap pada Tabel. 2). Dari angka ini bisa kita simpulkan bahwa
tingkat kelahiran di Indonesia lebih besar dari tingkat kematian.
Fakta yang lain yang perlu diketahui oleh sahabat muda
adalah pengangguran. Pada Tabel. 3, angka
pengangguran pada tahun 2011 adalah 7,7 juta atau sekitar 3,15% dari total
penduduk. Setengah menganggur berada pada angka 13,52 juta atau sekitar 5,54%
dari total penduduk. Lalu dimanakah posisi sahabat muda sekarang? Menganggur
atau setengah menganggur? Pertanyaan ini akan terjawab pada sensus penduduk
tahun depan.
Lalu
bagaimana persentase penduduk Indonesia menurut tingkat pendidikan tertinggi? Pada
tahun 2011, 20,56 juta (8,42%) penduduk indonesia tidak pernah sekolah, 28,84
juta (11,82%) lulus SD, 18,87 juta (7,73%) lulus SLTP dan 23,68 juta (9,7%)
lulus SMTA. Kita cukup berbangga hati dengan angka 8,05 juta (3,3%) penduduk
Indonesia telah masuk/lulus perkuliahan. Perhatikan Tabel. 4!
Fakta yang lain yang tidak kalah penting adalah
kemiskinan. Pada Tabel. 5, penduduk miskin yang tinggal di pedesaan 15,12% dan
8,78% penduduk yang tinggal di perkotaan tergolong dalam keluarga miskin. Inilah
Indonesia. Human Development Index (HDI) 2012 menyatakan Indonesia berada pada
urutan 121 pada kategori Medium Human Development. Angka ini sangat jauh jika
bandingkan dengan Malaysia yang berada pada urutan 64 pada kategori High Human
Development.
Bagaimana hubungan dengan pendidikan Indonesia saat ini? Sahabat muda, coba perhatikan video dan gambar berikut ini.
Bagaimana hubungan dengan pendidikan Indonesia saat ini? Sahabat muda, coba perhatikan video dan gambar berikut ini.
Dari berbagai fakta di atas, apakah negara kita sudah
cukup baik? Apakah kita boleh berbangga hati ketika kita melihat masih banyak
penduduk Indonesia yang tidur jalanan? Apakah kita cukup berdiam diri melihat
masih banyak di antara kita yang tidak sekolah? Atau, kita cukup puas dengan
penghasilan yang kita dapatkan dari pengiriman TKI ke luar negeri? Sahabat
muda, semua ini adalah potret bangsa kita. Pernahkah kita berpikir mengapa semua
fakta ini terus melekat di bumi pertiwi? Lalu, apa yang bisa kita lakukan
sebagai generasi muda agar bangsa kita ini terbebas dari masalah – masalah yang
cukup besar ini? Untuk menjawab semua pertanyaan ini, kita harus mengetahui
akar dari masalah tersebut.
Kependudukan Adalah
Akar Permasalahan
Sahabat
muda. Mengapa kependudukan di Indonesia menjadi sebuah masalah yang mendasari
semua permasalahan bangsa kita saat ini? Ini adalah pertanyaan kita bersama. Kemiskinan,
pengangguran dan SDM yang masih rendah merupakan masalah yang terus dialami
oleh bangsa kita. Ada masalah apa dengan kependudukan di negara kita saat ini?
Setiap
tahun kita mengalami pertambahan penduduk. Secara logika, kita akan berpikir
bahwa ini seharusnya baik untuk Indonesia. Banyak penduduk maka barang dan jasa
yang dihasilkan juga banyak.
Ternyata kalimat ini salah. Pada tahun 2010, Real GDP (Gross Domestic Bruto) Indonesia berada pada angka 6,22% dengan jumlah penduduk 240,6 (juta) jiwa. Hal tidak sebanding dengan negara Thailand pada tahun yang sama, Real GDP berada pada 7,8% dengan jumlah penduduk 69,1 (juta) jiwa. Dari data di atas kita bisa simpulkan bahwa barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara tidak semata – mata tergantung pada jumlah penduduk saja, tetapi lebih pada efesiensi dan produktivitas dari penduduk tersebut.
Ternyata kalimat ini salah. Pada tahun 2010, Real GDP (Gross Domestic Bruto) Indonesia berada pada angka 6,22% dengan jumlah penduduk 240,6 (juta) jiwa. Hal tidak sebanding dengan negara Thailand pada tahun yang sama, Real GDP berada pada 7,8% dengan jumlah penduduk 69,1 (juta) jiwa. Dari data di atas kita bisa simpulkan bahwa barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara tidak semata – mata tergantung pada jumlah penduduk saja, tetapi lebih pada efesiensi dan produktivitas dari penduduk tersebut.
“Banyak
anak banyak rejeki”. Kalimat ini sungguh bertolak belakang jika kita terapkan
pada kehidupan kita dewasa ini. Bukankah suatu pekerjaan akan cepat selesai
ketika dikerjakan oleh banyak orang? Ya, pernyataan ini benar adanya.
Permasalahan akan timbul apabila setiap peningkatan penduduk menyebabkan suatu penyusutan pada sumber penghasilan perkapita yang wajar. Inilah yang terjadi di negara kita. Angka Pengangguran pada tahun 2012 berada pada 7,24 (juta) jiwa. Hal inilah membuat kemiskinan semakin besar sehingga penduduk Indonesia masih banyak belum pernah duduk di bangku sekolah. Perampokan dan berbagai tindakan kriminal akan semakin berkembang. Sahabat muda pasti bertanya, adakah pengaruh pertambahan penduduk dengan korupsi? Saya akan menjawab tidak. Korupsi berhubungan dengan mental dan sifat. Sahabat muda mempunyai pendapat lain?
Permasalahan akan timbul apabila setiap peningkatan penduduk menyebabkan suatu penyusutan pada sumber penghasilan perkapita yang wajar. Inilah yang terjadi di negara kita. Angka Pengangguran pada tahun 2012 berada pada 7,24 (juta) jiwa. Hal inilah membuat kemiskinan semakin besar sehingga penduduk Indonesia masih banyak belum pernah duduk di bangku sekolah. Perampokan dan berbagai tindakan kriminal akan semakin berkembang. Sahabat muda pasti bertanya, adakah pengaruh pertambahan penduduk dengan korupsi? Saya akan menjawab tidak. Korupsi berhubungan dengan mental dan sifat. Sahabat muda mempunyai pendapat lain?
Sahabat muda, tingginya angka pengangguran dan rendahnya
SDM Indonesia mempunyai dampak pertumbuhan ekonomi secara nasional. Mutu TKI
masih terlalu rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara maju. Penghasilan
jasa yang dihasilkan oleh negara juga rendah.
Tingkat pengetahuan juga turut mempengaruhi produktivitas dari penduduk Indonesia. Pemanfaatan teknologi baru dalam menghasilkan barang dan jasa membutuhkan masyarakat yang berpengetahuan dan terampil. Apakah negara kita sudah cukup baik? Jawabannya tidak. Kita harus tumbuh dan tetap maju. Sahabat muda, negara kita mampu bertahan menghadapi krisis global pada tahun 2009. Pada tahun tersebut, Real GDP bangsa kita masih bertahan pada angka 4,58%.
Tingkat pengetahuan juga turut mempengaruhi produktivitas dari penduduk Indonesia. Pemanfaatan teknologi baru dalam menghasilkan barang dan jasa membutuhkan masyarakat yang berpengetahuan dan terampil. Apakah negara kita sudah cukup baik? Jawabannya tidak. Kita harus tumbuh dan tetap maju. Sahabat muda, negara kita mampu bertahan menghadapi krisis global pada tahun 2009. Pada tahun tersebut, Real GDP bangsa kita masih bertahan pada angka 4,58%.
Dari uraian di atas, kita menarik kesimpulan bahwa salah
satu akar permasalahan yang ada di negara kita adalah tingginya jumlah
penduduk. Kemiskinan, pengangguran dan rendahnya SDM merupakan dampak yang
ditimbulkannya. Untuk mencegah dan mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan
pengurangan laju pertumbuhan penduduk.
Keluarga Berencana
(KB) Adalah Solusi
Sahabat
muda, Keluarga Berencana (KB) merupakan sebuah program dari Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Misi BKKBN adalah mewujudkan
pembangunan yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia
sejahtera. Program ini berupaya untuk menciptakan penduduk yang berkualitas
yang akan mempercepat tercapainya pertumbuhan ekonomi dan tujuan pembangunan.
2 anak
cukup. Apakah sahabat muda pernah bertanya tentang makna dari kalimat ini?
Mengapa pemerintah tidak mengajurkan 4 anak sudah cukup? 2 atau 4 apa perbedaannya? Inilah pertanyaan
yang sering mucul dalam pikiran masyarakat Indonesia terlebih mereka yang
sedang merencanakan perkawinan. Apakah salah seorang sahabat muda masuk di
dalamnya? Inilah penjelasannya.
Setiap
keluarga yang telah terbentuk menginginkan keluarga yang sejahtera. Wikipedia :
Sejahtera adalah keadaan yang baik, kondisi manusia dimana orang – orangnya
dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai.
Kesejahteraan keluarga bisa diartikan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup keluarga berupa kebutuhan jasmani (makanan bergizi, pakaian, perumahan dan sebagainya) dan kebutuhan rohani (keamanan, cinta kasih, kedamaian dan kebahagiaan). Permasalahan yang terjadi di negara kita saat ini adalah alat pemenuhan kebutuhan terbatas. Coba kita bayangkan jika sebuah keluarga memiliki 4 orang anak dengan penghasilan kepala keluarga tidak lebih dari 1 juta rupiah. Apakah semua kebutuhan anggota keluarganya terpenuhi? Apakah semua anaknya bisa sekolah? Jawabannya tidak. Hal yang perlu dilakukan adalah merencanakan jumlah keluarga. Dengan perencanaan ini, maka ada penyesuaian antara kemampuan keluarga (orang tua) menyediakan sarana pemenuhan kebutuhan dengan jumlah anggota keluarga yang membutuhkannya.
Kesejahteraan keluarga bisa diartikan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup keluarga berupa kebutuhan jasmani (makanan bergizi, pakaian, perumahan dan sebagainya) dan kebutuhan rohani (keamanan, cinta kasih, kedamaian dan kebahagiaan). Permasalahan yang terjadi di negara kita saat ini adalah alat pemenuhan kebutuhan terbatas. Coba kita bayangkan jika sebuah keluarga memiliki 4 orang anak dengan penghasilan kepala keluarga tidak lebih dari 1 juta rupiah. Apakah semua kebutuhan anggota keluarganya terpenuhi? Apakah semua anaknya bisa sekolah? Jawabannya tidak. Hal yang perlu dilakukan adalah merencanakan jumlah keluarga. Dengan perencanaan ini, maka ada penyesuaian antara kemampuan keluarga (orang tua) menyediakan sarana pemenuhan kebutuhan dengan jumlah anggota keluarga yang membutuhkannya.
Kebutuhan
keluarga yang lain adalah perumahan dan kesehatan. Jumlah anggota keluarga
sangat berpengaruh terhadap kemampuan sebuah keluarga memiliki rumah sehat.
Keluarga kecil memiliki kesempatan besar untuk menghimpun dana (menabung) untuk membiayai pembangunan/pembelian sebuah rumah. Kenyataan di negara kita, standar rumah sehat masih belum terpenuhi. BPS melaporkan bahwa pada tahun 2011, persentase rumah tangga dengan akses sanitasi layak sebesar 54,99%. Dengan kata lain, 45% rumah tangga di Indonesia tidak memiliki akses sanitasi layak. Apakah keadaan seperti ini yang terus kita harapkan?
Keluarga kecil memiliki kesempatan besar untuk menghimpun dana (menabung) untuk membiayai pembangunan/pembelian sebuah rumah. Kenyataan di negara kita, standar rumah sehat masih belum terpenuhi. BPS melaporkan bahwa pada tahun 2011, persentase rumah tangga dengan akses sanitasi layak sebesar 54,99%. Dengan kata lain, 45% rumah tangga di Indonesia tidak memiliki akses sanitasi layak. Apakah keadaan seperti ini yang terus kita harapkan?
Jumlah
anggota keluarga sangat berpengaruh terhadap pendidikan anggota keluarga.
Pendidikan bisa didapatkan oleh seorang anak di lingkungan keluarga dan
lingkungan formal.
Keluarga kecil memiliki kemampuan besar dalam menyekolahkan anaknya. Hal ini disebabkan sebagian pendapatan keluarga bisa digunakan untuk menunjang keperluan anak di sekolah. Lalu, apa yang terjadi di negar kita? Fakta nyata, rata – rata jumlah anggota keluarga Indonesia adalah 4 orang (BPS 2010). Lalu apa yang terjadi? Pada tahun 2011 jumlah penduduk Indonesia tidak pernah sekolah 20,56 juta (8,42%). Ini adalah bukti bahwa sebagian besar keluarga di negara kita tidak mampu menyekolahkan anaknya.
Keluarga kecil memiliki kemampuan besar dalam menyekolahkan anaknya. Hal ini disebabkan sebagian pendapatan keluarga bisa digunakan untuk menunjang keperluan anak di sekolah. Lalu, apa yang terjadi di negar kita? Fakta nyata, rata – rata jumlah anggota keluarga Indonesia adalah 4 orang (BPS 2010). Lalu apa yang terjadi? Pada tahun 2011 jumlah penduduk Indonesia tidak pernah sekolah 20,56 juta (8,42%). Ini adalah bukti bahwa sebagian besar keluarga di negara kita tidak mampu menyekolahkan anaknya.
Rendahnya SDM berpengaruh pada kesempatan seseorang
mendapatkan pekerjaan. Pendidikan sangat dibutuhkan untuk bersaing mendapatkan
sebuah pekerjaan atau menciptakan sebuah
lapangan kerja baru. Hal inilah yang menyebabkan angka pengangguran di
Indonesia masih besar. Pengangguran menyebabkan timbulnya berbagai tindak
kejahatan dan berbagai masalah sosial.
Sahabat
muda, dari penjelasan di atas jelas bahwa 2 anak cukup. Keluarga Berencana (KB)
merupakan cara sederhana untuk mendapatkan sebuah keluarga yang kecil bahagia
sejahtera. Mengurangi kepadatan penduduk berarti mengurangi atau mencegah
berbagai masalah yang dihadapi bangsa kita dewasa ini. Langkah ini merupakan
cara kita untuk melangkah maju, menciptakan masyarakat makmur dan sejahtera.
Sahabat muda, video berikut merupakan salah satu penjelasan mengapa 2 anak cukup.
Sahabat muda, video berikut merupakan salah satu penjelasan mengapa 2 anak cukup.
Generasi Muda Adalah
Kunci
Generasi muda merupakan kunci keberhasilan dalam
mengurangi laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. Keluarga kecil bahagia
sejahtera akan terwujud jika generasi muda telah sadar akan pentingnya keluarga
berencana dan mengetahui masalah dari pertambahan jumlah penduduk. Mengapa
generasi muda menjadi kunci? Inilah uraiannya.
Sahabat muda, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011,
usia 15 – 19 tahun sebanyak 21558 (ribu) atau mewakili 8,85% penduduk Indonesia
dan usia 20 – 24 tahun berada pada angka 20444 (ribu) atau 8,38% dari total
penduduk. Usia 25 – 29 tahun mewakili penduduk Indonesia 8,61% (21007 ribu) dan
usia 30 – 44 tahun sebanyak 56621 (ribu) jiwa atau 23,23% dari jumlah penduduk.
Apa yang menjadi kesimpulan dari data ini? Ternyata, negara kita memiliki
jumlah generasi muda yang cukup besar. Generasi inilah yang diharapkan memiliki
pengetahuan tentang reproduksi dan keluarga berencana sehingga keluarga [1]berkualitas dapat terwujud.
Hasil laporan BKKBN tahun 2012 menyatakan bahwa angka
persentase jumlah [2]PUS umur
di bawah 20 tahun secara nasional adalah 3,88%, jumlah PUS (Pasangan Usia
Subur) pada usia 20 – 29 tahun sebanyak 33,85% dan PUS usia di atas 30 tahun
berada pada angka 62,28%. Sahabat muda, wanita Indonesia yang telah menikah
pada usia 15 – 20 tahun berada pada angka yang cukup besar yaitu 1.768. 557
jiwa. Kesimpulan yang bisa kita ambil adalah pendidikan keluarga berencana
merupakan pendidikan yang wajib dan telah dimiliki oleh generasi muda Indonesia
sebelum melakukan pernikahan.
Inilah
pendidikan KB yang wajib diketahui oleh genarasi muda.
1. Tujuan
utama dari pendidikan KB adalah agar generasi muda memiliki pengetahuan,
kesadaran, sikap dan perilaku reproduksi yang rasional dan bertanggung jawab
terhadap masalah kependudukan dalam rangka pelembagaan dan pembudayaan norma
keluarga kecil dan bahagia dan sejahtera.
2. UU
Republik Indonesia Nomor 1 Tentang Perkawinan Menyatakan bahwa Perkawinan hanya
diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 tahun (sembilan belas) tahun dan
pihak wanita usia mencapai usia 16 (enam belas) tahun. Walaupun pemerintah
telah mengizinkan pria umur 19 (sembilan belas) tahun dan wanita umur 16 (enam
belas) tahun bisa melangsungkan perkawinan, yang perlu sahabat muda ketahui
adalah kedua pihak tersebut telah melakukan persiapan yang baik sebelum
melakukan perkawinan.
Persiapan
itu antara lain:
a. Pembinaan
kesehatan, Kesehatan calon suami dan istri sangat berpengaruh dalam membangun
sebuah keluarga. Suami istri yang sehat akan menjamin ketentraman berkeluarga.
b. Umur
untuk melangsungkan perkawinan. Calon suami dan istri telah dewasa baik fisik
maupun mental. Sahabat muda, usia perkawinan sebaiknya antara 20 tahun untuk
wanita dan 25 tahun pria. Wanita pada umur tersebut telah dewasa secara fisik
dan mental untuk menjadi ibu rumah tangga
dan pria telah siap dan mampu menjadi pelindung keluarga.
c. Kelangsungan
untuk membiayai kehidupan rumah tangga. keluarga yang memiliki ekonomi yang
cukup, memiliki kemungkinan untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang bahagia
dan sejahtera.
Apakah
sahabat muda sudah memenuhi semua persiapan ini? jika ya, maka sahabat muda
sudah bisa merencanakan pesta pernikahan. Namun, jika tidak maka diharapkan
sahabat jangan terburu-buru dalam melaksanakan perkawinan. [3]Menikah di usia dini bagi perempuan berisiko mengalami
berbagai gangguan kesehatan karena organ tubuh terutama yang berkaitan dengan
alat reproduksi. Bahkan, anak yang dilahirkan pun sangat besar kemungkinan
lahir dengan berat badan rendah dan berisiko tubuh pendek atau stunting
(kuntet).
3. Mengatur
jumlah anak yang diinginkan. Sahabat muda, hal ini yang sering diabaikan oleh
pasangan yang telah membentuk rumah tangga. Mereka seakan tidak peduli dengan
kelangsungan hidup keluarga yang telah mereka bentuk. Hal apa saja yang
dianjurkan:
a. Anak adalah anugerah
Tuhan. Anak mendapatkan kasih sayang yang cukup, kesehatan, pendidikan dan
bimbingan dari kedua orang tua. Jadi, orang tua harus merencanakan semuanya
dengan baik.
b. Setelah melahirkan anak,
seorang ibu memerlukan waktu yang cukup untuk mengembalikan kesehatannya.
Biasanya membutuhkan waktu 3 tahun. Disamping itu, perlu juga diperhitungkan
biaya yang dibutuhkan dimulai dari mengandung hingga melahirkan.
c. Setelah mengandung,
seorang ibu menyusui bayinya. ASI (Air Susu Ibu) paling sempurna untuk bayi
karena padat gizi, praktis dan terjamin kebersihannya. Bila ibu yang menyusui
hamil kembali, kemungkinan besar air susu ibu akan berhenti.
d. Kemampuan seseorang
dalam memperoleh pengahasilan relatif terbatas. Oleh karena itu biaya kehidupan
keluarga kecil relatif lebih ringan dibandingkan dengan keluarga besar.
e. Dari segi kesehatan, usia terbaik
bagi seorang ibu untuk melahirkan adalah 20 - 30 tahun. Bila seorang ibu
melahirkan sebelum dua puluh tahun atau sesudah tiga puluh tahun, maka resiko
kematian ibu karena melahirkan jauh lebih tinggi dari persalinan yang terjadi
pada usia 20 – 30 tahun.
Dari
ke lima penjelasan di atas berdasarkan pertimbangan kependudukan dan kesehatan
dapat disimpulkan bahwa jumlah anak ideal adalah 2 (dua), atau 3 (tiga) saja.
4. Anjuran
perencanaan keluarga.
a. Tahap menunda kesuburan
atau menunda kelahiran anak pertama. Dianjurkan sebaiknya wanita menunda kelahiran
anak pertama sampai berumur 20 tahun. Pada tahap ini kontrasepsi dipakai paling
lama 4 tahun, dituntut sangat aman, sangat [4]reversibel.
Kegagalan tidak dianggap malapetaka.
b. Tahap menjarangkan
kehamilan. Kontrasepsi sekurang-kurangnya dipakai satu tahun atau
selama-lamanya 3 tahun. Hal ini dilaksanakan untuk menjarangkan kelahiran
sehingga ibu dapat menyusui anaknya dengan cukup banyak dan lala. Efektifitas
kontrasepsi tidak dituntuk terlalu tinggi, akan tetapi reversibilitas masih
dituntut setinggi mungkin. Kegagalan tidak dianggap malapetaka.
c. Tahap menyudahi kesuburan. Tahap ini
menolak kelahiran anak selanjutnya. Efektifitas kontrasepsi dituntut sangat
tinggi, karena kegagalan tidak dapat diterima. Kontrasepsi akan dipakai dalam
waktu lama, kira-kira 10-15 tahun sampai wanita mengalami mati haid
(menopause).
Sahabat muda, coba perhatikan pesan dari My Comic For BKKBN di bawah ini.
Sahabat muda, coba perhatikan pesan dari My Comic For BKKBN di bawah ini.
Sahabat
muda, setidaknya empat bagian inilah yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh
pasangan keluarga yang belum atau telah terbentuk. Sahabat muda disarankan
untuk melakukan konsultasi ke bidan atau dokter sehingga pelaksanaan
kontrasepsi dapat berjalan dengan baik dan benar.
Dari pendidikan KB ini diharapkan
generasi muda memiliki pengetahuan tentang keluarga berencana dan manfaatnya
bagi diri sendiri, keluarga, anak, lingkungan dan bangsa. Generasi muda adalah penentu
tercapainya pembangunan [5]nasional.
Kesimpulan
Sahabat
muda, kepadatan penduduk di Indonesia merupakan sumber dari berbagai
permasalahan yang dialami bangsa kita selama ini. Kemiskinan yang besar,
pengangguran dan sumber daya manusia yang rendah merupakan hal yang tidak lepas
dari negeri ini. Siapa yang dapat mengatasi dan mencegah itu semua? Jawabannya
adalah generasi muda. Generasi muda Indonesia harus siap mencegah dan
mengurangi semua masalah bangsa ini. Semua itu akan berawal dari kesadaran
generasi muda tentang masalah yang timbul dari kepadatan penduduk Indonesia
selama ini . Program Keluarga Berencana (KB) merupakan jalan yang baik untuk
mengurangi kepadatan penduduk Indonesia. Mari ikut KB untuk sahabat muda yang
telah berumah tangga dan lakukanlah perencanaan keluarga dengan baik bagi
sahabat muda yang akan membentuk rumah tangga. 2 anak cukup.
Catatan
: Postingan ini ikut lomba blog BKKBN dengan tema “Kependudukan di Indonesia”
pada Kategori Dewasa Muda (20 – 24 tahun).
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
[1]Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah
dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki anak yang ideal,
berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
[2]Pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15-49
tahun, dan secara operasional pula pasangan suami istri yang istri berumur
kurang dari 15 tahun dan telah kawin atau istri berumur lebih dari 49 tahun
tetapi belum menopause*.
[3]Bkkbn.go.id, Menikah
Dini Berisiko Punya Anak Kuntet, http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=835,
diakses 4 Juli 2013, jam 20.30 WIB.
[4]Metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat
tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya
anak lagi.
[5]Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
seluruh masyarakat Indonesia.
*Batas
akhir dari masa reproduksi wanita yang dinyatakan dengan berhentinya haid untuk
selamanya. Biasanya keadaan ini terjadi pada wanita umur 46-50 tahun. Mati haid
(menopause) disebut juga baki.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
BKKBN.
Buku Sumber Pendidikan KB. 1989.
Jakarta : BKKBN
M,
David. Masalah Kependudukan Di Negera
Berkembang. 1985. Jakarta : PT. Bina Aksara
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Bkkbn.go.id
Bps.go.id
Depkes.go.id
Hdr.undp.org
Wikipedia.org
Youtube.com
Thanks for the informations. It was so helpful doing my homework.
ReplyDeleteHana Maria Rachelina, Sama - sama.
DeleteHidup generasi muda Indonesia.
Terima kasih telah berkunjung,
Salam, Admin